Tarian Aceh dan Keistimewaannya

Seni tari Aceh mempunyai keistimewaan & keunikan tersendiri. Ciri-ciri Tari Aceh antara lain :

  • Pada mulanya hanya dilakukan dalam upacara-upacara tertentu yang bersifat ritual bukan tontonan
  • Kombinasi yang serasi antara tari, musik, dan sastra
  • Ditarikan secara berkelompok dengan arena yang terbatas
  • Pengulangan gerakan dalam pola gerak yang sederhana
  • Waktu penyajian relatif panjang.

Salah satu ciri yang paling menarik dari tari Aceh adalah bahwa ia dilakukan secara berkelompok. Tak ada tari Aceh yang dilakukan sendiri (solo). Di dalam kelompok tersebut ada yang berperan sebagai penari, syekh (pemimpin), dan sering juga didampingi oleh wakil syekh atau disebut juga aneuk syekh (wakil pemimpin). Hal ini mirip konsep imam dan amir dalam agama Islam. Syekh merupakan penentu gerakan penari yang serempak dan dinamis. Tari Aceh antara lain :

  • Tari Ranup Lampuan (ditampilkan oleh 7 penari perempuan)
  • Tari Meusekat (ditampilkan oleh 10,12–16 penari perempuan)
  • Tari Likok Pulo (ditampilkan oleh penari laki-laki & perempuan)
  • Tari Seudati (ditampilkan oleh 8 penari laki-laki dan 2 syekh)
  • Tari Laweut (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)
  • Tari Meu Saree-Saree (ditampilkan oleh 16 penari laki-laki dan perempuan)
  • Tari Resam Beurame (ditampilkan oleh penari perempuan)
  • Tari Top Pade (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)
  • Tari Saman /Rateb meusekat (ditampilkan oleh 10 penari laki-laki 10 & 2 syekh)
  • Tari Didong (ditampilkan oleh 10 penari laki-laki 10 orang & 2 syekh)
  • Tari Tarek Pukat (ditampilkan oleh penari laki-laki)
  • Tari Tajak u Gle (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)
  • Tari Pisan Raya (ditampilkan oleh 8 penari perempuan)

Tari- tari Aceh tersebut kini makin variatif penyajiannya, semakin fleksibel dimainkan baik oleh penari laki-laki maupun penari perempuan. Kerjasama tim yang solid dalam tari Aceh, antara tiap penari, antara syekh dengan penari, mutlak diperlukan. Dibutuhkan saling percaya dan kekompakan untuk menghadirkan tari Aceh yang mempesona. Jika tidak, bukan keindahan yang akan di dapat namun benturan antara tubuh penari yang bisa mengakibatkan cidera fatal

Tarian Aceh

Ada beberapa tarian yang ada di Aceh :

1. TARI SEUDATI

Seudati berasal dari kata yahadatin yang mengandung mana pernyataan atau penyerahan diri memasuki agama Islam dengan mengucapkan dua kalima syahadat. Tari Seudati dimainkan oleh 8 orang laki – laki atau 2 orang aneuk syeh (Syahie) yang bertugas mengiringi tarian dengan syair dan lagu. Seluruh gerakan dari seudati berada dibawah pimpinan seorang syeh seudati.

Musik dalam tarian seudati hanya berupa bunyi yang ditimbulkan dari hentakkan kaki kritipan jari penari dan tepukan dada yang diselingi dengan irama syair lagu dari anak. syeh. Didalam tarian seudati jelas tergambar semangat perjuangan dan kepahlawanan serta sikap kebersamaan dan persatuan dengan gerakan lincah dan dinamis.

Tarian seudati pada saat ini selain berfungsi sebagai hiburan rakyat juga merupakan simbol kekayaan seni budaya Aceh Utara sekaligus sebagai media penyampaian pesan – pesan pembangunan kepada masyarakat. Tarian ini juga sering dipertandingkan dikenal dengan istilah Seudati Tunang yang kadang-kadang berlangsung sampai menjelang subuh.

 

2. TARI POH KIPAH

Tari Poh Kipah merupakan seni tari tradisional Aceh Utara yang menunjukkan gerakan – gerakan memukul kipas dengan rytme yang unik dan mengagumkan. Kipas yang digunakan dalam tarian ini adalah kipas yang dijalin khusus, terbuat dari pelepah pinang yang terdiri dari 3 atau 4 lapis yang menimbulkan bunyi yang nyaring dengan berbagai tepukan yang bervariasi sesuai dengan irama gerak dan lagu yang dibawakan.Tari Poh Kipah ini mengandung pesan – pesan keagamaan dan pembangunan dan lazimnya disajikan pada saat memperingati kelahiran Rasulullah SAW (Maulid Nabi) dan hari besar Islam lainnya.
3. BIOLA ACEH

Kesenian biola ini telah cukup lama berkembang di Aceh Utara, setelah berkembangnya tari seudati, kesenian biola Aceh Utara pada saat ini telah menjadi satu jenis hiburan rakyat yang sangat diminati. Kesenian ini dimainkan oleh 3 orang pria, masing – masing 1 orang bertindak sebagai violis yang disebut syeh, sekaligus merangkap sebagai vokalis. dua orang lagi berfungsi sebagai penari dan pelawak yang berperan sebagai linto baro dan dara baro (suami isteri) yang melakukan gerak tari dan banyolan sesuai dengan irama.

Ciri khas kesenian ini adalah tarian, cerita (dialog) dan berbalas pantun dengan ungkapan-ungkapan yang lucu menggelikan dan penuh humor serta warna-warni pakaian yang kontras membuat kesenian ini benar-benar mengasyikkan.
4. RAPAI PASAI (ZIKIR)

Diperagakan dengan alunan syair – syair yang agamais dan sakral dengan komposisi rapai kecil di depan dan rapai ukuran besar digantung dibelakang. Rapai – rapai kecil sebagai pendukung, seluruh permainannya berbaris melengkung dengan pakaian yang khas yang dipimpin oleh seorang khalifah dengan penyajian syair yang sinkron dengan irama tabuhannya.
5. RAPAI DABOH (DEBUS)

Penampilan rapai daboih, titik utamanya adalah pada kemahiran spritual dalam menggunakan senjata tajam dengan berbagai ketangkasan yang cukup menegangkan dan mendebarkan. Pada rapai daboh yang dipertandingkan (Urouh) setiap pihak minimal satu kuru (12 rapai) dan maksimal 5 kuru (60 buah rapai). Pihak-pihak yang bertanding membentuk lingkaran dan diatara kedua pihak dibuat tanda batas. Ditengah – tengah pemain ada seorang khalifah mengangkat tangan tinggi – tinggi, terdengarlah teriakan melengking yang diikuti dengan suara tabuhan, secara serentak, yang dilanjutkan dengan zikee (salam selamat datang).

Pada saat – saat pukulan rapai dimulai cepat, tampilan para pemain debus dengan kemahiran dan keberanian yang cukup tinggi dalam menggunakan senjata tajam dan membakar diri dengan api yang membuat setiap penonton menahan nafas. Apabila ada pemain debus yang mengalami cedera atau luka dalam atraksi tersebut, (karena kesalahan dalam memukul rapai, atau pihak lain yang ingin mencoba ketinggian ilmunya) Khalifah akan segera turun tangan, dengan hanya menyapu bagian yang terluka dengan tangan khalifah, darah akan segera berhenti mengalir dan dengan serta merta luka itupun lenyap seketika.

Pertunjukan bercanda dengan maut ini biasanya berlangsung sampai dini hari atau menjelang subuh.

6. RAPAI LAGEE

Kesenian rapai tradisional ini berasal dari Kandang Kecamatan Muara Dua dan Paya Bakong Kecamatan Matangkuli yang biasanya ditampilkan pada upacara-upacara adat, upacara resmi pemerintah serta pada hari-hari besar Islam dan sebagai hiburan rakyat yang bersifat sosial. Pertunjukan rapai ini dipimpin oleh syeh yang duduk berbaris diantara 12 prang penabuh, dengan pakaian khas rapai yang berwarna kontras. Lagu atau syair yang dibawakan menyerupai syair seudati yang bertujuan untuk membangkitkan semangat patriotisme, persatuan, gotong royong serta diiringi dengan pantun jenaka dan terkadang romantis, namun tetap bernuansa agamais.

Sumber : http://acehpedia.org/Tarian_Aceh

Leave a comment